Much Nur Arifien

Much Nur Arifien, SE adalah guru mata pelajaran IPS di MTs Muhammadiyah yang beralamat di Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, I...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Semudah Di Angan (85)

Tak Semudah Di Angan (85)

Tak Semudah Di Angan (85)

TaGur ke-85, 14 Juli 2020.

Pengalaman menjadi wali kelas VII (tujuh) atau murid baru di masa new normal sungguh berbeda. Mengingat wilayah kami belum diijinkan menghadirkan siswa ke sekolah. Berbagai macam upaya dilakukan dalam masa ta'aruf atau MPLS. Belum saling mengenal, belum pernah jabat tangan, dan belum mendengar suaranya seperti apa ketika bicara, cukup menyulitkan untuk menyampaikan sesuatu kepada mereka.

Mengandalkan grup WhatsApp sebagai sarana komunikasi dan menyampaikan materi terkadang salah persepsi. Yang diminta kadang ditangkap berbeda. Saya memberi tugas bahwa hari pertama masuk sekolah, tanggal 13 Juli 2020 adalah berfoto selfie di rumah dengan memakai seragam sekolah. Jika seragam belum jadi boleh memakai seragam SD. Hasil foto yang dikirim ke grup kelas beraneka rupa. Ada yang foto semua anggota badan, ada yang memfoto fotonya sendiri ketika SD. Ada pula yang mengirimkan foto blur alias tidak jelas dipandang, mungkin karena kameranya kurang bagus.

Grup yang awalnya penuh dengan chat tulisan, berubah menjadi album foto dari atas sampai bawah. Tambah panjang albumnya ketika banyak yang mengirim ulang foto, mungkin belum puas. Beberapa anak cukup kreatif, melaporkan bahwa dirinya belum dapat mengirimkan foto karena kamera hapenya rusak. Memang tidak mudah belajar atau berkenalan secara daring. Peralatan atau media mutlak harus lengkap.

Hape canggih tidak semua punya. Kuota internet juga membutuhkan banyak uang. Ingin rasanya memakai zoom, tetapi kuota mereka hanya cukup untuk whatsapan saja. Ingin merekam sendiri, kemudian membagikan videonya di grup juga pikir-pikir. Takut kuota mereka habis, padahal masih ada materi dari guru-gutu yang lain di grup.

Memikirkan new normal memang tak semudah di angan. Saya berpendapat, jika seluruh pelajar di Indonesia disuruh memilih untuk tatap muka langsung atau daring? Saya yakin jawabannya 100 persen adalah tatap muka langsung. Guru pun saya rasa demikian. Tidak mudah menggunakan alat komunikasi untuk pembelajaran, apalagi ini tanpa persiapan atau pelatihan.

Daring bukannya tidak penting, tetapi di situasi tertentu saja dipergunakan. Mau dipermanenkan? Saya rasa tidak perlu. Lebih baik jalankan yang sudah ada, perbaiki jika ada kekurangan. Ilmu memang banyak tersebar di internet. Tetapi masalah adab atau sopan santun tak mungkin kita hanya tanya mbah google. Mbah google pasti kebingungan dengan andap asor.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju pak

14 Jul
Balas

Iya kak. Mantap

14 Jul
Balas



search

New Post